Sejarah Kinetic Art Gallery Edwin’s di Indonesia, Berawal dari Mimpi jadi Nyata

f:id:freukson:20180122155215j:plain

Semasa kecil Edwin Rahardjo mempunyai hobi mengotak-atik dan membongkar mainan mekanisnya. Pemilik fotografer dan galeri Edwin Rahardjo tidak pernah menyangka hobi masa kecilnya itu bisa menginspirasi sehingga ia menjadi seniman Kinetic Art yang sukses di Indonesia. Di usia 60 tahun, Edwin masih berusaha membuat fantasinya untuk menciptakan karya mekanisnya menjadi kenyataan.

Pada tahun 1995, ia mulai membuat mainan sendiri tapi tidak pernah merencanakan untuk menjual atau menampilkannya dalam pameran seni. Selain itu, pada saat itu ia masih sibuk dengan kegiatan fotografi dan mengelola galeri seninya, Galeri Edwin. Banyak teman senimannya kemudian mengetahui tentang hobinya dalam membuat barang mekanik, sehingga mereka mendorongnya untuk menciptakan karya kinetik.

Pada tahun 2012, ia kembali dengan karya keduanya, Light Rhythm, yang terinspirasi oleh momen cairan cumi-cumi yang berenang di laut, menggabungkan kekuatan pencahayaan dari fotografi dan desain interior.

Edwin baru saja berurusan dengan seni kinetik selama beberapa tahun, tapi sangat serius dalam hal ini. Dia mengambil bagian dalam Kinetica Art Fair di London dan Art Dubai tahun lalu.

Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi seorang fotografer profesional, bekerja sama dengan klien utama dan mengadakan sejumlah pameran tunggal.

Pada tahun 1984, ia mendirikan Galeri Edwin karena ia suka mengumpulkan barang antik, lukisan dan patung. Karya banyak seniman besar telah dipamerkan di galerinya, seperti Affandi, Djoko Pekik, S. Sudjojono, Heri Dono dan Entang Wiharso sementara beberapa nama yang tidak diketahui juga mendapat ketenaran melalui galerinya.
Galerinya masih berdiri kokoh hari ini, dan akan menjadi tuan rumah sejumlah pameran lagi tahun ini. Tapi untuk fotografi, dia bilang akan istirahat sejenak dari itu untuk sementara waktu.

"Saya selalu suka fotografi, tapi saya sedikit bosan dengan itu sekarang. Saya perlu melakukan sesuatu yang baru dan saya berpikir untuk menggabungkan fotografi dan kinetic art," kata ketua Asosiasi Galeri Seni Indonesia (AGSI).

Edwin sekarang mengerjakan proyek kinetik terbarunya yang akan dipamerkan di pameran yang akan datang pada bulan November. Dia akan membuat karya yang jauh lebih besar dengan konsep yang mirip dengan Floating Armada.

"Pekerjaan kinetik pertama saya belum selesai. Saya juga akan berkolaborasi dengan komposer dan pianis Ananda Sukarlan untuk musik di proyek ini, karena saya ingin menciptakan sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua indra kita," - Edwins Rahardjo.

Ia berharap pameran yang akan datang ini akan memicu kinetic artist lokal lainnya untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik serta mengenalkan seni kinetik kepada masyarakat.